Minggu, 22 September 2013

BUDAYA ORANG ASLI PAPUA (BIAK NUMFOR)



BUDAYA ORANG ASLI PAPUA (BIAK NUMFOR)


Unsur etnis budaya Papua antara lain Pengetahuan, Religi atau keagamaan, kesenian, teknologi, peralatan hidup, mata pencarian hidup, dan organisasi sosial serta perubahan kebudayaan. Dari berbagai unsur-unsur ini hal ini sudah tentu merupakan cermin identitas, karakter, pandangan hidup, etos kerja dan nilai budaya etnis Papua. Contoh unsur budaya dan cerminan salah satunya adalah unsur budaya dari suku Biak yang merupakan suku yang berasal dari selatan Papua.


  •  Pengetahuan

Adapun pengetahuan yang dimiliki Suku Biak, yaitu mengetahui jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan sakit penyakit atau luka bakar, luka sayatan, maupun dapat digunakan untuk membunuh ikan, dalam jumlah sedikit. Jenis tumbuhan yang digunakan untuk membunuh ikan seperti Akar Tuba.


  • Religi atau Keagamaan

Orang Biak sebagian besar telah menganut agama Kristen. Tetapi, orang Biak masih banyak memiliki kepercayaan terhadap para roh, yaitu suatu kepercayaan yaang telah terbentuk dari nenek moyang mereka. Mereka percaya akan adanya penguasa yang melebihi kekuatan atau kekuasaaan manusia biasa yang menurut mereka penguasa tersebut mendiami Nanggi (surga) yang berada di Mandep (langit).
Selain itu, mereka percaya akan adanya penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos (Jagad raya) dan ada juga yang menghuni abyab (gua), karui beba (batu besar), bon bekaki (gunung tinggi), soren (dasar laut), war besyab (sungai), ai beba (pohon besar), dan lain-lainnya. Penguasa yang mendiami Nanggi merupakan pusat kekuatan atau kekuasaan yang mengatur alam semesta. Penguasa Nanggi (Sang Langit) dikenal dengan sebutan Manggundi (Dia sendiri). Penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos, abyab, karui beba (batu besar), bon bekaki, dan lain-lainnya yang disebutkan di atas adalah bersifat roh (spirit).
Roh-roh ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu roh-roh/arwah-arwah nenek moyang dan kerabat mereka yang telah meninggal dunia yang dikenal dengan istilah bahasa Biak yaitu Karwar. Karwar ini mendiami Farsyos (jagad raya), sup/meos aibui (wilayah/tempat atau pulau yang merupakan tempat berkumpulnya arwah-arwah itu) dan juga Amfyanir. Selain itu, roh-roh itu mendiami wilayah-wilayah yang tidak ada penghuninya (sup bebewursba), seperti lautan luas atau hutan-hutan belan-tara.
Kedua, roh-roh halus jin. Roh-roh ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (a) roh-roh halus/jin yang mendiami pohon-pohon besar yang dalam istilah bahasa Biak disebut Arbur; (b) roh-roh halus/jin yang mendiami gua, gunung, batu, hutan rimba, sungai disebut  dabyor, yang dikenal juga dengan sebutan Manggun (pemilik); dan roh-roh halu /jin yang mendiami laut atau lautan disebut Faknik.
Hal ini menunjukkan bahwa orang Biak percaya adanya makhluk supranatural. Agama tradisional mereka mempunyai hubungan erat dengan mitologi mereka. Tokoh mitologi mereka adalah Manarmakeri yang telah pergi ke sebelah barat dan dia akan datang kembali untuk memberikan kebahagian atau kekayaan bagi mereka yang telah lama ditinggalkan. Mereka percaya bahwa Manggundi yang menjelma sebagai manusia biasa, yaitu Manarmakeri yang pernah melakukan karya Koreri di Meokbundi (salah satu pulau di Biak Timur).
Namun, ia tidak diterima oleh masyarakatnya (Orang Biak), sehingga ia pergi ke bagian barat yaitu Eropa, dan Ia akan kembali kepada mereka dengan membawa kembali koreri, yaitu dunia Kando Mob Oser, artinya dunia yang tidak ada kesusahan lagi/dunia bahagia. Selain itu, Wor merupakan unsur penting dalam agama tradisonal mereka. Dengan demikian mempunyai sifat religius cukup tinggi.
Oleh karena itu, Wor merupakan suatu perwujudan dari kehidupan religius yang menurut mereka sangat penting. Dikatakan sangat penting karena Wor mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas orang Biak dan merupakan simbol hubungan mereka dengan Penguasa (Manggundi) dan kerabat-kerabat mereka yang meninggal (Arwah-arwah nenek moyang).
Dalam kehidupan beragama orang Biak, Wor merupakan suatu kewajiban yang diatur berdasarkan sistem kekerabatan (patrilineal) dan sistem perkawinan mereka, sehingga apabila ada keluarga batih yang lalai melakukannya, maka keluarga tersebut akan mendapat sanksi dari Manggundi atau arwah-arwah nenek moyang mereka.

  • Kesenian

a.        Seni Musik Daerah
Musik tradisional Biak Numfor disebut Wor yaitu puisi Biak yang dinyanyikan dengan tangga nada pentatonik 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Wor Biak tidak mengenal 4 (fa) dan 7 (si). Struktur puisi Wor terdiri dari 2 bait yang disebut Kadwor (puncak) dan Fuar (pangkal).
Tercatat sekitar 18 jenis lagu Wor Biak antara lain Kankarem, Moringkin, Kansyaru, Wonggei, Disner, Nambojaren, Erisam, Dow Arbur, Dow Mamun, Armis, Aurak, Dow Beyor Warn, Dow Bemun Warn, Kawop, Urere, Randan dan Beyuser.
Nyanian Wor biasanya diiringi alat music” Sireb” atau Sandip yakni alat musik Tifa.
b.        Seni Ukir Daerah
Seni ukir daerah yang dengan gaya Karwamya, selama ini hanya menjadi penghuni museum luar negeri. Dengan munculnya seni ukir Asmat yang terkenal di dunia internasional, mendorong pengukir muda berbakat asal Biak kembali mengabdikan karya seni nenek moyang dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat adat Biak Numfor.
c.         Seni Kerajinan Rakyat
Beberapa seni kerajinan rakyat Biak yang menonjol antara lain :
- Kerajinan kerang hias;
- Kerajinan anyam-anyaman;
- Pengrajinan lainnya.

Di Kabupaten Biak Numfor, terdapat aneka tari daerah yang menarik dan memikat. Tari-tarian tersebut berupa Tari Kankarem (Tari Pembukaan), Tari Mamun (Tari Perang), Tari Akyaker (Tari Perkawinan) dan lain-lain yang diiringi dengan lagu-lagu wor Biak.
Disamping tari tradisional diatas, terdapat pula dua jenis tarian Biak versi baru yakni Tari Pancar dan Tari Mapia. Tari Pancar yang saat ini popular dengan nama Yospan (Yosimpancar) diciptakan sekitar awal tahun 1960-an oleh seniman Biak. Tarian ini tidak dikenal disaat terjadinya konfrotasi antara Belanda dan Indonesia soal Irian Barat ( Papua).
Tarian ini diiringi oleh lagu-lagu pancar diantonis yang menggunakan alat musik Gitar, Stringbass, dan Ukulele. Tari Mapia merupakan tari kreasi baru yang berasal dari pulau-pulau Mapia. Tarian ini diciptakan sekitar tahun 1920-an dan diperkenalkan ke Biak oleh orang-orang Kinmon, Saruf, dan Bariasba.

  • Teknologi

Rumah Adat
a. Rum Som
Rum Som merupakan rumah kehuarga luas yang didiami ayah dan ibu senior dengan anak laki-laki mereka yang sudah kawin. Disebut Rumsom sebab atapnya yang berbentuk kulit penyu, bagian depannya yang menjulur keluar memberi kesan “mengambang” karena tidak ditopang oleh tiang penyangga.

b. Rum Sram
Rum Sram adalah rumah pemuda. Rumah ini dibangun untuk menampung anak-anak lelaki yang sudah saatnya tidak boleh tidur bersama orang tuanya di dalam bilik keluarga di Rum Som (rumah keluarga).

Perahu Tradisional Biak
Terdapat 2 (dua) jenis perahu besar yang cukup terkenal di Biak Numfor yaitu “Manjur” (perahu dagang) dan “Wai roon” (perahu perang). Dengan perahu Mansusu orang Biak mengadakan penjelajahan jauh sampai ke Tidore dan Ternate serta Negara-negara asing lainnya. Dengan perahu Wai roon orang Biak mengadakan perang suku dengan suku-suku lain dan menangkap budak-budak.

  • Mata Pencaharian Hidup

        Suku Biak memiliki sistem mata pencariharian seperti nelayan (melaut) dan bertani (meramu). Suku Biak menangkap ikan dengan menggunakan  jaring inanai dan arsam untuk menangkap ikan terbang dan juga ikan hiu, hal ini dilakukan dengan menggunakan perahu yang disebut dengan waipapa.
        Suku Biak juga meramu atau berburu binatang hutan sebagai makanannya seperti ; berburu babi, kuskus, tikus tanah, dan ular pohon. Dapat pula mengambil jenis sayur – sayuran yang ada dihutan sebagai makanannya.
 




  • Organisasi Sosial

Kelompok  Kekerabatan
Suku  Biak memiliki kelompok kekerabatan  berdasarkan marga atau disebut keret (famili). Sistem kekerabatannya luas berdasarkan pertalian darah. Berlaku adat menetap (virilokal).

  Kepemimpinan
 Tipe Kepemimpinan yang dimiliki suku biak itu ada 3 yaitu :
1.        Mambri, adalah orang yang biasa memimpin perang, pandai diplomasi, badan besar/tubuh kekar, suara besar dan juga kaya.
2.       Mananwir Mnu (kepala kampung) merupakan seseorang yang berkuasa berdasarkan hak yang diwariskan.
3.       Mananwir Keret (kepala marga) biasa bertugas mengurus marga (keret) berdasarkan silsilah keluarga. 

3 komentar: